Tuesday, March 14, 2006

KRAKATAU

Gulungan awan hitam terus membumbung ke langit tiada henti dari puncak gunung yang menyembul dari dasar laut. Sudah tiga bulan krakatau melontarkan batu-batu apung ke udara dan debu-debu vulkanik yang memenuhi seluruh lautan yang mengelilinginya. Gemuruhnya yang menggetarkan daratan dan lautan memberikan peringatan kepada siapapun untuk tidak mendekat. Kegelapan total terus menerus melanda memayungi krakatau yang sedang bersiap melepaskan ledakannya yang akan dikenal dan dicatat oleh sejarah sebagai gunung paling dahsyat didunia. Desiran uap yang terasa panas membelai setiap lereng dan meninggalkan jejak hitam arang diantara tonggak-tonggak pohon yang sudah tidak berdaun lagi.

Deburan lahar yang merah menyala terus keluar dari ujung krakatau terus meleleh mengejar ombak laut yang menerjang deras di bibir lereng. Panasnya meleburkan air laut menjadi uap-uap ke udara menciptakan kabut-kabut mistik yang begitu kuat. Jutaan burung laut bergerombol di angkasa bergerak ke timur mencoba menjauhi kegelisahan sang krakatau yang beberapa hari ini meresahkan mereka. Awan abu masih terus membumbung tinggi dan menyebar bagaikan jamur hingga memberikan kegelapan pada sebagian permukaan bumi. Angin terasa menghentikan tiupannya dan seakan semua badai bergerak berbalik menjauhi puncak krakatau. Pertanda ini begitu dikenal oleh bangsa Narapati. Semua sudah mengira akan ada perang yang sangat dahsyat melanda dunia Narapati. Perang di Dunia Narapati yang bagi dunia manusia hanya dapat dilihat dalam bentuk ledakan dahsyat Krakatau.

Dalam dunia Narapati, gunung Krakatau tidaklah dikelilingi laut seperti dunia manusia tetapi merupakan lembah, tempat dulu dimana Krakatau purba telah meluluh lantakan dunia Narapati. Kaldera yang menganga di antara Jawa dan Sumatra menjadi saksi kedahsyatan alam. Narapati adalah manusia pemimpin yang pertama berjalan dipermukaan bumi, yang menjadi ibu dari semua peradaban manusia harus menyerah oleh keperkasaan alam. Kehancuran yang diakibatkan krakatau purba ribuan tahun lalu telah memaksa bangsa Narapati berpindah ke dunia yang lain, dunia yang tidak sama dengan dunia manusia untuk menghindari kemusnahan.. Dunia yang berada di antara perbatasan yang nyata dan gaib, dunia yang disebut Dunia Tengah.

Pada bagian timur lembah Krakatau ratusan ribu tentara telah saling berhadapan. Hamparan lapangan datar pasir yang terleburkan oleh sapuan angin. Langit pagi berubah menjadi jingga kemerahan oleh pulasan cahaya mentari yang terhalang oleh kabut di bawah payung abu Krakatau. Perlahan Gema suara teriakan dan dengusan terasa menjalar menggetarkan seluruh lembah. Pertarungan abadi hitam dan putih akan segera dimulai demi menjadi yang menentukan nasib yang lain. Menuliskan kembali nasib dunia di atas BUKU KEHIDUPAN. Sehingga perang ini begitu penting bagi siapapun baik dipihak hitam maupun putih. Perebutan BUKU KEHIDUPAN menjadi inti perang ini. Ribuan tahun sudah BUKU KEHIDUPAN ditanam diperut krakatau dan dijaga ketat oleh Narapati. Ramalan mengatakan Cakra Api akan dilontarkan dari busurnya dan sang Narayana akan lahir menjadi penjaga berikutnya. Setiap bangsa ingin menguasai BUKU KEHIDUPAN, karena siapapun yang menguasai BUKU KEHIDUPAN maka dialah yang menentukan nasib dan masa depan. Benar dan Salah hanyalah ditentukan oleh siapa yang paling berkuasa atas dunia dan siapa yang punya kekuatan menentukan nasib yang lain.

Langit yang masih muda tampak kelelahan oleh beban berat gumpalan debu angkasa. Sinarnya tak lagi jingga tetapi telah menjadi begitu merah. Tidak ada satupun yang bergerak, semua tentara serentak diam tak bergerak, bahkan seperti menahan nafas mereka. Hening seketika tercipta saat Krakatau tiba-tiba saja berhenti bergetar. Suasana yang tiba-tiba berubah menjadi sunyi setelah berminggu-minggu menggelegar gelisah mengingatkan semua yang terlibat dalam perang itu akan peristiwa yang sama ribuan tahun lalu. Peristiwa maha dahsyat saat krakatau purba meluluh lantakan seluruh dunia Narapati. Membelah tanah jawa menjadi lautan dan mengalirkan semua air samudra ke seluruh lembah Sunda dan menenggelamkan kota-kota indah di negeri bernama Atala.

Isyarat diam Krakatau menjadi pertanda yang sudah dimengerti oleh kedua belah pasukan yang sedang siap bertempur. Pasukan bangsa Narapati berbaris membentuk benteng berlapis-lapis menghalangi jalan menuju krakatau. Barisan tentara dengan Jubah serba putih, dengan penutup kepala yang terbuat dari logam keperakan dengan bentuk sayap pada bagian kuping kiri dan kanan mencuat ke atas, berdiri tegak memegang tombak keris berkelok tujuh, pasukan yang lain memegang pedang berkepala Garuda pada tangan kanannya. Ketegangan tampak di wajah-wajah mereka yang sangat mengerti bahwa hari ini adalah perang penentuan nasib bangsa mereka.

Di bagian paling depan dengan pakaian paling megah berwarna putih dengan jubah hijau daun, duduk di atas Narasimha seekor harimau putih seukuran kuda besar. Wibawanya terasa sekali dalam sorotan matanya yang teduh. Dialah pemimpin bangsa Narapati, seorang raja bernama Prabu Narayala. Di dampingi 6 orang dengan tunggangan yang sama dengan jubah berwarna merah darah. Raja Prabu Narayala tetap duduk dengan tenang di atas Narasimha tunggangannya. Matanya memandang tajam ke arah barisan pasukan bangsa Amukhsara yang sudah bersiap-siap menyerang.Telinganya mendengarkan dengan cermat, memilah-milah suara-suara halus dari getaran-getaran vulkanis yang dirasakan di seluruh lembah. Menantikan saat yang tepat memberikan perintah dan menunggu lawan bergerak.

Kenangan dengan ketakutan yang teramat dahsyat itu tak menyurutkan semua penjaga-penjaganya yang terus menjaga amat ketat, di darat maupun di udara. Para Garuda Kencana dengan sayap mengembang berjaga mengelilingi krakatau bersama masing-masing seorang penunggang Narapati. Matanya liar mengawasi setiap sudut krakatau dari udara untuk mencegah kemungkinan penyusup musuh masuk melalui udara sambil mengeluarkan suara lengkingan panjang. Sesekali begerak menembus barisan awan yang mengambang membentuk cincin di atas kawah krakatau, kemudian menukik kembali ke lereng yang terjal.

Garuda Kencana adalah sejenis burung dari dunia tengah yang sangat besar yang lahir dari kekuatan api. Garuda Kencana telah menjadi kendaraan perang bangsa Narapati sejak ribuan tahun. Musuh utamanya adalah ular bersayap bernama Jalatunda yang menjadi kendaraan perang para Amukhsara. Setiap Garuda Kencana ditunggangi oleh seorang Narapati yang mengenakan penutup kepala yang menutupi seluruh wajah kecuali bagian mata. Setiap penunggang Narapati sudah sangat terikat jiwanya dengan Garuda Kencana yang ditungganinya. Kematian salah satunya akan menyebabkan kematian yang lain. Setiap penunggang Narapati memiliki kemampuan untuk membuat perisai gaib yang mampu melindungi keduanya dari serangan-serangan. Disekeliling badannya akan terlihat bayangan seperti air seperti sebuah perisai berbentuk bulat.

Selain Pasukan Garuda, terdapat juga Pasukan Narasimha, bangsa harimau putih dengan ukuran sebesar seekor kuda jantan. Baik Garuda maupun Narasimha hanya dapat ditunggangi oleh seorang Narapati apabila telah terjalin sebuah kepercayaan satu sama lain. Pasukan Narasimha dengan pelana kulit berbaris sejajar dengan pasukan Narapati yang melayang-layang setinggi tigapuluh senti di atas tanah bediri di atas selembar plat batu. Bersama diantara mereka juga berdiri tentara gaib pengawal kerajaan laut selatan, para Sarwajala. Tubuh bersisik hijau berbalutkan kain hijau daun seperti seorang biksu. Urat darah berwarna biru tua terlihat membentuk guratan-guratan di wajah dan telinga lancip menjulang ke atas hampir sama tinggi dengan ubun-ubun kepala yang tanpa rambut. Konon kabarnya para Sarwajala bisa ……………..???????

Kesemua wajah itu begitu siap dengan menggenggam tombak hitam. Di bagian paling belakang berbaris ribuan pemanah Narapati dengan ribuan anak cakra yang meletupkan bunga api.

Sementara di bagian depan jauh di utara pasukan Narapati, ratusan ribu bangsa Amukhsara sedang bergerak perlahan menuju lembah timur Krakatau. Amukhsara adalah bangsa Narapati yang tubuhnya berubah bentuk karena berpihak pada kegelapan. Campuran antara manusia dengan tanduk melintir, Amukhsara tidak seperti bangsa Narapati yang lebih mirip manusia. Bangsa Amukhsara memiliki kulit berwarna hitam dan bersisik seperti kadal. Pasukan Bangsa Amukhsara bersekutu dengan bangsa-bangsa lain seperti gendrawa yang berbadan setinggi 4 – 5 meter dengan bulu hitam disekujur tubuhnya. Bentuk wajah yang tidak beraturan dan matanya yang merah menambah keseraman 4 taring yang keluar dari mulutnya. Di udara yang gelap melayang-layang naga-naga bersayap Jalatunda dengan warna kulit hitam keperakan mengepakan sayapnya dan sesekali mengeluarkan suara lengkingan yang amat merindingkan bulu kuduk.

Diantara para gendrawa berbaris mahluk campuran berbadan manusia, berkepala kerbau, dengan tangan seperti cakar harimau bernama Mahesa Sora. Ekor panjang melengkung tinggi dengan bentuk gerigi tajam pada bagian ujungnya. Mulutnya terus mengeluarkan lenguhan keras disertai dengan uap keluar dari hidungnya. Keberingasannya sesekali diluapkan dengan saling mengintimidasi satu sama lain. Sementara di bagian belakang telah berbaris pelontar-pelontar batu api yang tiap pelontarnya ditarik oleh seekor mahluk campuran berbadan gajah dengan kaki pendek sekali dengan kepala menyerupai naga dengan dua tanduk bercabang. Ekornya yang panjang bercabang dua diujungnya seperti seekor buaya mengibas kiri dan kanan. Telapak kakinya yang berbentuk kaki buaya mencengkram tajam tanah pijakannya. Dua tali diikatkan ditubuhnya terhubung dengan pelontar batu api yang akan ditariknya. Sementara di setiap bagian belakang pelontar batu api terdapat paling sedikit 4 pembawa batu api yang merah membara. Para pembawa batu api itu bernama Sossara Aphi, dengan tubuh yang kadang-kadang meletupkan api, setiap jalan yang dilaluinya seketika musnah menjadi arang hitam dan kering.

Kedua pasukan telah saling berhadapan, siap dengan semua senjatanya masing-masing. Semuanya diam tak bergerak seakan sedang menunggu bunyi tanda perang dimulai. Krakatau terdengar gemuruh seakan tidak kuasa lagi menahan beban yang ditanggungnya. Beban besar bernama BUKU KEHIDUPAN yang sebentar lagi akan dikeluarkannya. Masanya menjaga BUKU KEHIDUPAN telah akan berakhir, setelah dahulu dia menyanggupi untuk menyimpannya dalam-dalam di perutnya, kini buku tersebut akan dikembalikannya kepada sang penjaga yang lain. Buku itulah yang sekarang akan diperebutkan oleh kedua pasukan itu. Buku yang bercerita tentang nasib semua bangsa, semua mahluk, dimana pemegangnya akan memiliki kemampuan untuk menuliskan kembali nasib semua mahluk yang berdiam di atas tanah Jawa. Dunia Manusia, dunia Narapati, dunia mahluk gaib akan berada di dalam BUKU KEHIDUPAN.

Telah berhari-hari kedua pasukan berjaga menanti krakatau melontarkan BUKU KEHIDUPAN dari perutnya. Semua terungkap jelas dari cerita dalam BUKU KEHIDUPAN yang sempat dicuri dengar oleh bangsa jin ketika BUKU KEHIDUPAN sedang dibacakan dan akan diturunkan ke tanah Jawa, yang kemudian diberitakan kepada Jayabaya bangsa manusia. Bangsa Jin memang dikenal memiliki kemampuan mencuri dengar berita-berita langit, walaupun hantaman petir ganjarannya jika sampai ketahuan, tetapi mereka amat senang melakukannya.

…..Setelah aku bersemayam lama di tengah tanah dawa, akan datang masa dimana aku akan diperebutkan oleh semua mahluk yang menghuni tanah jawa.
Setelah seribu tahun tanah api menjagaku, maka dia akan mengembalikan aku kepada siapa yang pantas menjagaku.
Barang siapa yang mendapatkan aku, maka dia akan dapat menuliskan nasib setiap kehidupan atas dunia….

Tiba-tiba semua berhenti, seakan waktu tidak bergerak, seluruh angin berhenti tak bersuara, tak ada nafas……….

DHUAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRR…….

Suara ledakan sangat dahsyat menggelegar membelah seluruh dunia. Jutaan batu api dilontarkan dari kawah krakatau, abu kawah membubung tinggi membentuk gumpalan-gumpalan yang terus melebar. Seketika bumi gelap seperti malam, hanya bunga api yang terus terpancar dari mulut krakatau.

Sementara kedua pasukan tetap diam seakan sedang menunggu tanda yang lain. Keduanya seakan tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi dikrakatau, karena pengaruh yang sesungguhnya terjadi di dunia manusia. Letusan krakatau telah menghempaskan air laut ke daratan, ribuan rumah luluh lantak di hempas ombak. Gelombang setinggi 30 meter menghempas seluruh pantai daratan Jawa dan pulau kanchana.

Ledakan berlangsung berhari-hari, lantai pulau seketika ambruk menyebabkan gelombang air laut samudra hindia dan laut jawa masuk, berdebur keras. Seluruh lembah tenggelam ke dasar laut. Gelombang angin dingin mendera, seketika butiran air padat turun menutupi seluruh lembah krakatau, selimut putih menutupi seluruh permukaan lembah krakatau. Di kawah krakatau yang telah kelelahan berhari-hari meletupkan semua bebannya, samar-samar muncul sinar putih membubung tinggi keluar. Diantara barisan Pasukan Amukhsara dan sekutunya muncul sesosok bayangan berjubah hitam, tangannya mengacung ke atas seraya mengeluarkan suara geram yang menggema ke seluruh lembah, dan seketika secara serentak semua pasukan bergerak menyerang pasukan Narapati yang sudah siap menyambut musuh. Pasukan Sossara Aphi dengan serempak melontarkan batu-batu api ke arah pasukan Narapati. Bunyi berdesing batu-batu membara disertai api yang berkobar melayang di angkasa. Sementara pasukan Amukhsara terus bergerak maju makin mendekati pasukan Narapati. Dari barisan pasukan Narapati terdengar suara menggema;

“Vadhra ……..”

seketika ribuan anak panah terlontar ke udara menyongsong ribuan batu api yang sedang melayang, ketika saling berbenturan di udara dentuman-dentuman keras di udara seperti kembang api dan seketika luruh jatuh ke tanah. Ada sebagian batu api maupun anak panah yang lolos melesat menghantam kedua pasukan. Perisai-perisai pasukan Narapati rupanya bukan tandingan kekuatan batu api yang meluncur deras bersama gravitasi. Ratusan pasukan Narapati bergelimpangan jatuh. Hal serupa terjadi dengan pasukan Amukhsara, anak panah yang melesat menembus barisan dan menjatuhkan begitu banyak Amukhsara, gendrawa dan dhorsae.

“SAGE…….”

“NORANH……..”

Kedua pasukan berlari saling menghampiri dan akhirnya saling bertemu dan terjadilah pertempuran yang sangat hebat di lembah krakatau. Naga-naga bersayap Jalatunda meluncur deras ke arah kawah krakatau, dihadang oleh sepasukan Garuda kencana. Keduanya saling beradu di udara dan bergumul saling mematuk dan menggigit. Darah hitam naga dan darah biru Garuda bercipratan mengenai pasukan-pasukan dibawahnya. Darah yang mengandung racun ganas itu meresap ke dalam kulit yang terkena dan menjalar cepat ke seluruh tubuh kemudian menghentikan jantung. Garuda-Garuda dan Naga-naga yang terluka menukik jatuh berdebum menghantam kerumunan pasukan yang sedang bertempur.

Perang terus berkecamuk, awan hitam yang bercampur abu gunung seketika memerah dan terang benderang. Laksana sebuah arang yang terbakar menggantung di atas lembah, BUKU KEHIDUPAN mengambang dibawahnya. Dari arah pertempuran Garuda kencana dengan naga-naga bersayap, meluncur seekor Garuda kencana mengejar ke arah BUKU KEHIDUPAN, diikuti oleh seekor naga bersayap. Keduanya berusaha meraih BUKU KEHIDUPAN tetapi sebelum mencapainya tiba-tiba saja 2 larik sinar kemerahan melewat dari arah lembah menghantam keduanya. Kedua mahluk bersayap itu terpental bersama penunggangnya, sebelum jatuh kaki Garuda kencana sempat mencengkram BUKU KEHIDUPAN dan meluncur jatuh berdebam ke lantai lembah menghantam pasukan yang sedang bertempur.

BUKU KEHIDUPAN terlempar dan menghantam kepala seorang prajurit Narapati dan jatuh ke tanah bersamaan dengan jatuh dirinya sendiri, BUKU KEHIDUPAN ditangkap hingga terbuka lembarannya. Dan….

“SEBUTKAN NAMAMU DAN TENTUKAN NASIB APA YANG INGIN ENGKAU TULISKAN PADAKU”

sebuah suara keluar dari BUKU KEHIDUPAN menggema mengalahkan bunyi apapun yang paling keras. Sang prajurit Narapati terhentak kaget, diikuti berhentinya waktu sehingga semua pasukan yang sedang berperang seakan seperti patung, kecuali satu prajurit Narapati yang sedang memegang BUKU KEHIDUPAN. Sang prajurit Narapati, begitu kaget dan gugup.

”A.a..a…na..na.maku…Ar..aa…Arghapati….”

dalam gugupnya dia memandang sekelilingnya yang diam tak bergerak.

“Apa…yang terjadi ?”
“Di setiap penulisan kembali BUKU KEHIDUPAN, waktu akan berhenti sampai selesainya sebuah nasib dituliskan, tentukan nasib apa yang ingin engkau tuliskan padaku”.

suara dari BUKU KEHIDUPAN kembali bertanya. Dalam kepanikan, ketakutan dan kegugupannya, otaknya tak lagi sanggup bicara melalui mulutnya. Apa yang terlintas dalam gemetar tubuhnya yang menggigil saja yang mampu terucap.

“Aaa…ku ingin Amukhsara dikalahkan dan Narapati menang.”

Selesai Arghapati mengucapkan nasib yang diinginkannya, BUKU KEHIDUPAN berubah menjadi selarik cahaya putih, menembus kepala Arghapati. Arghapati mengejang keras dengan bola mata nyaris terbalik. Seluruh warna kulit kepala dan wajahnya memutih keperakan. Suara erangan kesakitan tak terbayangkan oleh siapapun yang mendengarnya. Sesaat kemudian selarik sinar putih keluar dari kepalanya kemudian naik menembus masuk ke angkasa dan hilang. Wajah Arghapati kembali berwarna seperti sediakala kemudian jatuh pingsan.

Beberapa detik kemudian, pasukan Amukhsara lenyap seperti debu yang beterbangan, jeritan kesakitan dan teriak ketakutan memenuhi lembah. Suara kemarahan terdengar menggelegar dari raja bangsa Amukhsara

“AKU AKAN KEMBALI………………………...DAN MEMBALAS KEKALAHAN INI…………… AAAAAARRRRRRRGGGGGGHHHH……”.

Dan semua lenyap, lembah krakatau kembali sunyi, terdiam sesaat dan kemudian sorak sorai kegembiraan akan kemenangan bergemuruh dari seluruh sisa pasukan Narapati. Langit kembali terang, tanah Jawa kembali damai, yang tersisa hanyalah sisa sisa penderitaan perang. Tiada yang tahu yang terjadi, kecuali Jayapathi.

Bagi dunia manusia, perang bangsa Narapati yang sedang terjadi di lembah krakatau adalah sebuah ledakan maha dahsyat yang meluluh lantakan pulau Jawa. Bagi dunia Narapati maupun dunia gaib mungkin tidak ada yang berubah, tapi bagi dunia manusia perubahan itu mengubah seluruh perbatasan kerajaan dan tata kehidupan masyrakat. Krakatau yang meletus pada tahun 1883 menurut waktu dunia manusia, adalah awal penulisan kembali sejarah dunia manusia, dunia Narapati dan dunia gaib. Sejarah hitam yang harus dicatat dengan darah perang antar bangsa di seluruh dunia.

No comments: